Minggu, 09 Desember 2007

Kedudukan Nabi atas Mukmin

http://pustakamawar.wordpress.com/2007/11/23/kedudukan-nabi-atas-mukmin/

Kedudukan Nabi atas Mukmin

Nabi Muhammad Sholallah alahi wassalam itu lebih utama

Ditulisan kami yang berjudul Pengikut NU Masuk Neraka justru mendapatkan komentar mengenai seputar polemik pembahasan bagaimana hukum mengadakan peringatan Maulid Nabi bagi umat Islam? Maulidan itu bidah yang sesat atau bidah yang baik? Komentar yang berlatar belakang pemikiran dari temen-temen salafi atau wahabi langsung menuduh bahwa maulid itu bidah sesat. Menyelenggarakan maulid itu tidak ada tuntunannya. Hukumnya dosa, demikian komentar yang masuk di blog kami. Sedangkan komentar yang berlatar belakang temen-temen ahlu sunnah bahwa maulid itu perkara yang tidak dilarang. Dan bahkan ada komentar yang menyalahkan dan menuduh kami ini dan itu. Tentu kita ambil semua komentar sabagi kasanah keilmuan dan wawasan. Karena banyak komentar yang demikian kirinya perlu kami tulis tersendiri agar ada penjelasan seimbang, lebih rinci. Tulisan di bawah ini merupakan bagian pertama. Kami hanya mengungkapkan bahasan bagaimana kedudukan dan keutamaan Nabi Muhammad Sholallah alaihi wassalam terhadap orang-orang mukmin?

Menelusuri kedudukan Nabi Muhammad Sholallah alaihi wassalam alangkah baiknya jika dimulai dari firman Alloh Taala sebagai berikut:

النَّبِيُّ اَوْلَى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ وَاَزْوَاجُهُ اُمَّهَاتُهُمْ وَاُوْلُو اْلاَرْحَامِ بَعْضُهُمْ اَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُهَاجِرِيْنَ اِلاَّ اَنْ تَفْعَلُوْا اِلَى اَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوْفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُوْرًا(الاحزاب:٦)

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu mau berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” (QS. Al-Ahzaab:6)

Firman Allah Taala dalam surat Al Ahzaab pada ayat keenam di awal dengan kalimat

النَّبِيُّ اَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ

    memberi penjelasan kepada kita tentang kedudukan Nabi saw. bagi orang-orang mukmin. Mengenai makna ayat tersebut para ulama’ memberikan dua penafsiran.

    Ayat dapat dipahami dengan jelas melalui hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra. bahwa Nabi saw. bersabda:

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ إِلاَّ وَأَنَا أَوْلَى بِهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ (رواه البخاري)

Tidak ada dari seorang mukmin melainkan aku mengurusinya di dunia dan akhirat.” (HR. Bukhari).

Hal ini dilihat dari sisi begitu besarnya belas kasih dan sayang yang diberikan Nabi Sholallah alaihi wassalam, kepada umatnya.

Makna النَّبِيُّ اَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ

Dengan demikian hendaknya kedudukan Nabi Sholallah alaihi wassalam lebih

utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri. Maksudnya penempatan hak

beliau seharusnya lebih didahulukan daripada hak orang-orang mukmin pada

umumnya. Alasan terkuat mengapa diri Nabi Sholallah alaihi wassalam harus lebih didahulukan daripada

diri orang-orang mukmin, karena jiwa beliau mengajak kepada surga sedangkan jiwa

mereka mengajak kepada kerusakan. Menurut Ibnu ‘Athiyah pendapat tersebut

diperkuat oleh sabda Nabi Sholallah alaihi wassalam yang lain.

أَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ وَأَنْتُمْ تَقْتَحِمُوْنَ فِيْهَا(متفق عليه)

Saya hendak memegang ikat pinggang kalian (agar menjauh) dari neraka, tapi kalian malah menceburkan diri ke dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sangatlah layak setiap mukmin mendahulukan ketaatan kepada Nabi Sholallah alaihi wassalam daripada mengikuti bisikan syahwat yang ada dalam diri mereka, meski harus mengalami kesulitan untuk melakukannya. Tepat sekali setiap mukmin lebih mencintai Rasululloh Sholallah alaihi wassalam daripada mencintai diri mereka sendiri, Nabi Sholallah alaihi wassalam bersabda.

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ(متفق عليه)

Tidak sempurna iman seseorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada anak dan orang tuanya serta semua orang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketika mendengar hadits ini, sayyidina Umar bin Khattab ra. berkata dengan jujur kepada Nabi saw., “Wahai Rasululloh, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Rasululloh saw. besabda kepadanya, “Demi Dzat Yang menguasai jiwaku, iman kamu belum sempurna sampai kamu mencintaiku lebih dari kecintaanmu terhadap dirimu sendiri.” Lalu Umar ra. berkata, “Demi Allah, sungguh mulai saat ini engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Kemudian Rasululloh saw. bersabda, “Sekarang (iman kamu telah sempurna) wahai Umar.” (HR. Bukhari)

Imam al-Khaththabi memberi komentar terhadap maksud hadits ini, yaitu kamu harus jujur dan benar dalam mencintaiku (Nabi saw.) sehingga kamu harus tenggelam dalam ketaatan kepadaku dan memprioritaskan kerelaanku di atas kemauan hawa nafsumu, walaupun hal itu akan berakibat kebinasaan atas kamu dan menuntutmu untuk berkorban.

Nabi Sholallah alaihi wassalam adalah rahmat bagi setiap manusia, baik ia beriman maupun kafir. Bedanya, orang yang beriman menerima rahmat dari Allah Swt. yang juga diberikan kepada seluruh umat ini dan mendapatkan manfaatnya di dunia dan akhirat. Sedangkan orang-orang kafir menolak rahmat ini dan tidak mau menerimanya. Namun bukan berarti dengan penolakan mereka tidak lantas menjadikan rahmat tersebut keluar dari hakikatnya sebagai rahmat, ia tetap menjadi rahmat bagi mereka, hanya saja merekalah yang menolaknya.

Kecintaan kita kepada beliau merupakan hak beliau yang wajib kita tunaikan. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya kelak di hari Kiamat. Dengan bekal cinta kita akan berjumpa dengan Nabi saw. di telaga (al Haudl) dan meminum airnya yang penuh berkah. Barangsiapa yang telah meminumnya maka tiada dahaga selamanya.

Dikisahkan bahwa Rasululloh saw. memiliki seorang budak yang bernama Tsauban, ia begitu mencintai tuannya dan selalu ingin berada di sampingnya hingga pada suatu hari ia mendatangi Nabi saw. dengan keadaan yang lain dari biasanya, tubuhnya terlihat kurus, warna kulitnya berubah pucat pasi, dan dari wajahnya itu terlihat sekali pesan kesedihan yang disampaikan. Nabi saw. bertanya, “Apa yang telah mengubah warna kulitmu?” Ia menjawab, “Wahai Rasululloh, tidak ada derita dan penyakit yang menimpaku, tapi ketika aku tidak melihat wajah baginda, aku merasa merindukanmu dan aku merasakan kesepian yang sangat, tidak ada yang bisa menghapus kesepian tersebut kecuali berjumpa dan memandang wajah mulia baginda. Lalu aku teringat akan hari akhir dan merasa takut bila di akhirat nanti aku tidak bisa bersua denganmu karena aku tahu bahwa derajat Rasululloh ditinggikan oleh Allah. Sedangkan aku, bila memang aku masuk surga tentu derajatnya lebih rendah di bawah derajatmu, dan bila aku tidak bisa masuk surga maka selamanya aku tidak akan bisa bertemu dan melihatmu.” Setelah itu turunlah ayat,

وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَالرَّسُولَ فَاُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ اَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيّينَ وَالصّدّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ اُوْلَئِكَ رَفِيقًا(النساء:٦٩)

“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nisaa’: 69)

Tsauban adalah teladan bagi orang-orang yang mencintai Rasululloh saw. Ketakutan dirinya bila tidak berjumpa dengan Nabi saw. kelak di akhirat menumbuhkan semangat ketaatan mengikuti perintahnya, menjalankan sunnahnya, dan menjauhi larangannya. Tsauban bukanlah hanya tinggal nama seorang budak yang sangat mencintai Rasululloh saw. saja, tapi ia menjadi jiwa bagi setiap orang yang berusaha meneladani, mencintai, serta mentaati Rasululloh saw. Dan berharap menjadi orang yang dikumpulkan bersamanya kelak di surga dengan bekal cinta yang sesungguhnya.

Sepanjang sejarah orang-orang mukmin yang menyelenggarkan peringatan maulid nabi merupakan ungkapan rasa cinta yang mendalam pada beliau. Sepanjang sejarah belum ada peringatan maulid nabi disalahgunakan untuk perbuatan syirik dan maksiat. Tidak akan pernah ada orang-orang mukmin memperingati maulid untuk berbuat kesesatan. Tidakkah wajar mengungkapkan kecintaan kepada Nabi Muhammad dengan menyelenggarakan maulid? Insya akan kami susulkan bagian kedua, mengapa ada maulid nabi?

Mukmin - google

http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&hs=JhW&q=mukmin&btnG=Telusuri&meta=

Mukmin - google

Kalimat mukmin di dalam al-Qur’an

http://www.e-bacaan.com/kalimat_mukmin.htm

Kalimat mukmin di dalam al-Qur’an

Kalimat mukmin disebut sebanyak 230 kali di dalam al-Qur’an. Satu daripadanya disebut sebagai nama Allah. Di dalam ayat itu (59:28) diterjemahkan kepada "Setia".

Ayat-ayat al-Qur’an yang mengandungi perkataan mukmin adalah banyak. Maka senarainya di bahagi kepada dua bahagian.

Bahagian 1:

2:8. Dan sebahagian manusia, ada yang berkata, "Kami percaya kepada Allah dan Hari Akhir"; tetapi mereka bukanlah orang-orang mukmin (yang mempercayai).
(perkataan "mukmin" yang pertama di dalam al-Qur'an)

2:91. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Percayalah kepada apa yang Allah menurunkan", mereka berkata, "Kami mempercayai apa yang diturunkan kepada kami", dan mereka tidak percaya kepada apa yang sesudah itu, sedang ia yang benar, yang mengesahkan apa yang bersama mereka. Katakanlah, "Mengapa pula kamu membunuh Nabi-Nabi Allah masa dahulu, jika kamu orang-orang mukmin?"

2:93. Dan apabila Kami mengambil perjanjian kamu, dan menaikkan di atas kamu Gunung: "Ambillah dengan kekuatan apa yang Kami memberikan kamu, dan dengarlah." Mereka berkata, "Kami dengar dan kami menentang"; dan mereka diminumkan (diresapkan) Anak Lembu ke dalam hati mereka kerana ketidakpercayaan mereka. Katakanlah, "Buruknya apa yang iman kamu memerintahkan kamu kepadanya, sekiranya kamu orang-orang mukmin."

2:97. Katakanlah, "Sesiapa yang menjadi musuh kepada Jibril, maka dialah yang menurunkannya ke dalam hati kamu, dengan izin Allah, mengesahkan apa yang sebelumnya, dan petunjuk, dan berita gembira bagi orang-orang mukmin."

2:221. Janganlah mengahwini perempuan-perempuan yang menyekutukan sehingga mereka mempercayai; hamba perempuan yang mukmin adalah lebih baik daripada perempuan yang menyekutukan, walaupun dia menarik hati kamu. Dan janganlah mengahwini orang-orang lelaki yang menyekutukan sehingga mereka mempercayai. Hamba yang mukmin adalah lebih baik daripada orang yang menyekutukan, walaupun dia menarik hati kamu. Mereka itu menyeru ke Api, dan Allah menyeru ke Taman, dan keampunan, dengan izin-Nya, dan Dia memperjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka ingat.
(hamba lebih baik untuk dikahwini)

2:223. Perempuan-perempuan kamu adalah tanaman bagi kamu; maka datangilah tanaman kamu seperti yang kamu mengkehendaki, dan dahulukanlah untuk diri kamu; dan takutilah Allah, dan ketahuilah bahawa kamu akan menemui-Nya. Berilah kamu berita gembira kepada orang-orang mukmin.

2:248. Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Ayat (tanda) kerajaannya ialah bahawa tabut (peti) akan datang kepada kamu, di dalamnya suatu ketenangan daripada Pemelihara kamu, dan satu sisa daripada apa yang keluarga Musa dan keluarga Harun meninggalkan yang dibawa oleh malaikat-malaikat. Sungguh, pada yang demikian itu adalah satu ayat bagi kamu, jika kamu orang-orang mukmin."

2:278. Wahai orang-orang yang percaya, takutilah Allah, dan tinggalkanlah riba yang belum diselesaikan, jika kamu orang-orang mukmin.

2:285. Rasul percaya kepada apa yang diturunkan kepadanya daripada Pemeliharanya, dan orang-orang mukmin, dan tiap-tiap seorang percaya kepada Allah, dan malaikat-malaikat-Nya, dan Kitab-Kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. "Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara rasul-rasul-Nya." Mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat. Wahai Pemelihara kami, kurniakanlah kami ampunan-Mu; kepada Engkau kepulangan."
(tidak membeza-bezakan rasul Allah)

3:28. Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang yang tidak percaya sebagai wali selain daripada orang-orang mukmin, kerana sesiapa yang berbuat demikian itu, tiadalah kepunyaan Allah sesuatu, melainkan kamu ada yang ditakuti daripada mereka, Allah memperingatkan kamu supaya berhati-hati terhadap diri-Nya, dan kepada Allah kepulangan.

3:49. Untuk menjadi seorang rasul kepada Bani Israil, 'Aku (Nabi Isa) datang kepada kamu dengan satu ayat (mukjizat) daripada Pemelihara kamu. Aku menciptakan untuk kamu daripada tanah liat yang seperti bentuk burung, kemudian aku menghembuskan ke dalamnya, dan ia menjadi seekor burung, dengan izin Allah, dan aku menyembuhkan orang buta, dan penyakit kusta, dan aku juga menghidupkan orang yang mati, dengan izin Allah, dan aku memberitahu kamu benda-benda yang kamu makan, dan apa yang kamu simpan di rumah kamu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah satu ayat bagi kamu, jika kamu orang-orang mukmin.

3:68. Sesungguhnya manusia yang paling dekat dengan Ibrahim ialah mereka yang mengikutinya, dan Nabi ini (Muhammad), dan orang-orang yang percaya; dan Allah Wali (Pelindung) orang-orang mukmin.

3:110. Kamu adalah umat yang terbaik dikeluarkan bagi manusia, dengan menyuruh yang baik, dan melarang yang mungkar, dan kamu mempercayai Allah. Sekiranya ahli Kitab percaya, tentulah itu yang lebih baik bagi mereka; antara mereka orang-orang mukmin, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasiq.

3:121. Apabila kamu berangkat pada pagi hari daripada keluarga kamu untuk menempatkan orang-orang mukmin di tempat-tempat untuk berperang - Allah Mendengar, Mengetahui.

3:122. Apabila dua golongan daripada kamu bermaksud untuk berkecut hati walaupun Allah Wali mereka - dan kepada Allah hendaklah orang-orang mukmin mempercayakan (tawakal).

3:124. Ketika kamu mengatakan kepada orang-orang mukmin, "Adakah tidak mencukupi bagi kamu bahawa Pemelihara kamu membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan kepada kamu?

3:139. Janganlah lemah, dan jangan juga bersedih; kamu akan menjadi yang lebih tinggi, jika kamu orang-orang mukmin.

3:152. Allah telah benar dalam janji-Nya kepada kamu, ketika kamu menghancurkan mereka dengan izin-Nya; sehingga kamu berkecut hati, dan berbalah dalam urusan, dan mengingkari, setelah Dia memperlihatkan kepada kamu apa yang kamu menyukai. Antara kamu ada yang menghendaki dunia, dan antara kamu ada yang menghendaki akhirat. Kemudian Dia memalingkan kamu daripada mereka, supaya Dia menguji kamu; dan sesungguhnya Dia memaafkan kamu; dan Allah mempunyai pemberian kepada orang-orang mukmin (yang mempercayai).

3:160. Jika Allah menolong kamu, tiada yang dapat mengalahkan kamu, dan jika Dia mengabaikan kamu, maka siapakah pula yang dapat menolong kamu sesudah-Nya? Maka kepada Allah hendaklah orang-orang mukmin mempercayakan.

3:164. Sesungguhnya Allah berbudi baik kepada orang-orang mukmin apabila Dia membangkitkan antara mereka seorang rasul daripada mereka sendiri, untuk membacakan mereka ayat-ayat-Nya, dan menyucikan mereka, dan mengajarkan mereka al-Kitab dan Kebijaksanaan, sedang sebelum itu, mereka adalah dalam kesesatan yang nyata.

3:166. Dan apa yang menimpa kamu pada hari dua kumpulan bertemu adalah dengan izin Allah, dan supaya Dia mengetahui orang-orang mukmin.

3:171. Mereka bergembira dengan rahmat dan pemberian daripada Allah, dan sesungguhnya Allah tidak mensia-siakan upah orang-orang mukmin.

3:175. Itu adalah syaitan yang menakut-nakutkan wali-walinya (sahabat-sahabatnya), maka janganlah takut pada mereka, tetapi kamu takutilah Aku, jika kamu orang-orang mukmin.

3:179. Allah tidak meninggalkan orang-orang mukmin dalam keadaan yang kamu sedang berada, sehingga Dia memisahkan yang buruk daripada yang baik, dan Allah tidak akan memberitahu kamu yang ghaib; tetapi Allah memilih daripada rasul-rasul-Nya siapa yang Dia mengkehendaki. Maka percayalah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan jika kamu mempercayai dan bertakwa, maka bagi kamu upah yang besar.

4:25. Dan sesiapa antara kamu yang tidak mempunyai kemewahan untuk membolehkan mengahwini wanita-wanita merdeka yang mukmin, maka dia mengambil pemudi kamu yang mukmin yang tangan kanan kamu memiliki; Allah sangat mengetahui mengenai keimanan kamu, sebahagian kamu daripada sebahagian yang lain. Maka kahwinilah mereka dengan izin keluarga mereka, dan berilah mereka upah mereka dengan baik sebagai wanita-wanita dalam ikatan perkahwinan, bukan dalam perzinaan, atau mengambil sebagai teman rahsia, tetapi apabila mereka telah dinikahi dan jika mereka melakukan kesumbangan, maka bagi mereka separuh daripada azab wanita yang merdeka. Itu adalah bagi orang-orang antara kamu yang menakuti dosa zina; dan lebih baik bagi kamu jika kamu bersabar. Allah Pengampun, Pengasih.

4:84. Maka berperanglah kamu di jalan Allah; kamu tidak dibebani kecuali dengan diri kamu sendiri. Dan gesalah orang-orang mukmin, mudah-mudahan Allah akan menahan kekuatan orang-orang yang tidak percaya, dan Allah adalah lebih kuat dalam kekuatan, lebih keras dalam hukuman.

4:92. Tiadalah bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin melainkan dengan tersilap, dan sesiapa membunuh seorang mukmin dengan tersilap, maka hendaklah dia memerdekakan seorang hamba yang mukmin, dan ganti rugi hendaklah dibayar kepada keluarganya, kecuali mereka menyedekahkannya. Jika dia daripada kaum yang bermusuhan dengan kamu, dan dia seorang mukmin, maka pembunuh hendaklah memerdekakan seorang hamba yang mukmin, dan jika dia daripada kaum yang berhubungan dengan kamu dengan perjanjian, maka ganti rugi hendaklah dibayar kepada keluarganya, dan pembunuh akan memerdekakan seorang hamba yang mukmin; jika dia tidak mendapatkannya, hendaklah dia berpuasa dua bulan berturut-turut - taubat Allah; Allah adalah Mengetahui, Bijaksana.

4:93. Dan sesiapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, di dalamnya tinggal selama-lamanya, dan Allah murka padanya dan melaknatkannya, dan menyediakan bagi mereka azab yang besar.

4:94. Wahai orang-orang yang percaya, apabila kamu berpergian di jalan Allah, telitilah kamu, dan janganlah mengatakan kepada orang yang melemparkan kepada kamu "Salam", "Kamu bukan orang mukmin", kerana mencari keuntungan kehidupan dunia. Di sisi Allah rampasan perang yang banyak. Demikianlah kamu dahulunya; tetapi Allah berbudi baik kepada kamu. Maka telitilah kamu; sesungguhnya Allah menyedari apa yang kamu buat

4:95. Orang-orang mukmin yang duduk di rumah, kecuali mereka ada kecederaan, adalah tidak sama dengan orang-orang yang berjuang di jalan Allah dengan harta benda mereka dan jiwa mereka. Allah melebihkan dalam darjat orang-orang yang berjuang dengan harta benda mereka dan jiwa mereka di atas orang-orang yang duduk di rumah; namun begitu, masing-masing Allah menjanjikannya yang paling baik; dan Allah melebihkan orang-orang yang berjuang di atas orang-orang yang duduk di rumah, dengan upah yang besar,

4:103. Apabila kamu telah melaksanakan solat, ingatlah akan Allah, berdiri, dan duduk, dan di atas lambungan kamu. Kemudian, apabila kamu tenteram, lakukanlah solat; sesungguhnya solat adalah satu waktu yang dikitabkan (ditentukan) bagi orang-orang mukmin.

4:115. Tetapi sesiapa melawan rasul setelah petunjuk menjadi jelas baginya, dan mengikuti jalan selain daripada orang-orang mukmin, Kami memalingkan dia kepada apa yang dia menguasai, dan Kami pasti akan memanggang dia di Jahanam - satu kepulangan yang buruk!

4:124. Dan sesiapa membuat kerja-kerja kebaikan, lelaki atau perempuan, dan dia seorang mukmin, mereka akan masuk Taman, dan tidak dizalimi satu bintit pun.

4:139. Orang-orang yang mengambil orang-orang yang tidak percaya sebagai wali (sahabat) selain daripada orang-orang mukmin, adakah mereka mencari kemuliaan di sisi mereka? Tetapi kemuliaan kesemuanya kepunyaan Allah.

4:141. Orang-orang yang menunggu-nunggu terhadap kamu, jika kemenangan datang kepada kamu daripada Allah, mereka berkata, "Bukankah kami berserta kamu?" tetapi jika orang-orang yang tidak percaya mendapat sebahagian, mereka berkata, "Tidakkah kami menguasai kamu, dan tidakkah kami mempertahankan kamu daripada orang-orang mukmin?" Allah akan menghakimkan antara kamu pada Hari Kiamat, dan Allah tidak akan mengadakan bagi orang-orang yang tidak percaya sebarang jalan terhadap orang-orang mukmin.

4:144. Wahai orang-orang yang percaya, janganlah mengambil orang-orang yang tidak percaya sebagai wali (sahabat) selain daripada orang-orang mukmin; atau, adakah kamu menghendaki untuk memberi Allah terhadap kamu satu kuasa yang nyata?

4:146. Kecuali orang-orang yang bertaubat, dan membetulkan, dan berpegang teguh kepada Allah, dan menuluskan agama untuk Allah. Mereka itu adalah berserta orang-orang mukmin, dan Allah pasti akan memberikan orang-orang mukmin upah yang besar.

4:162. Tetapi orang-orang antara mereka yang mendalam dalam pengetahuan, dan orang-orang mukmin yang mempercayai apa yang diturunkan kepada kamu, dan apa yang diturunkan sebelum kamu, dan orang-orang yang melakukan solat, dan memberikan zakat, dan orang-orang yang mukmin kepada Allah dan Hari Akhir, mereka itulah Kami pasti akan memberikan upah yang besar.

5:5. Pada hari ini, benda-benda yang baik dihalalkan bagi kamu, dan makanan orang-orang yang diberi al-Kitab adalah halal bagi kamu, dan dihalalkan bagi mereka, makanan kamu. Begitu juga wanita-wanita yang mukmin, dalam pernikahan, dan menikahi wanita-wanita daripada mereka yang diberi al-Kitab sebelum kamu, jika kamu memberikan mereka upah mereka, dalam ikatan perkahwinan, bukan dalam perzinaan, atau menjadikannya teman rahsia. Sesiapa yang tidak percaya dalam keimanan, amalannya menjadi sia-sia, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

5:11. Wahai orang-orang yang percaya, ingatlah akan rahmat Allah ke atas kamu apabila satu kaum bermaksud untuk menjulurkan kepada kamu tangan-tangan mereka, dan Dia menahan tangan-tangan mereka daripada kamu; dan takutilah Allah; dan kepada Allah hendaklah orang-orang mukmin mempercayakan (tawakal).

5:23. Berkata dua orang lelaki antara orang-orang yang takut kepada Allah, yang Allah merahmati, "Masuklah menemui mereka melalui pintu gerbang. Apabila kamu memasukinya, kamulah orang-orang yang mengalahkan, dan percayakanlah kepada Allah, jika kamu orang-orang mukmin."

5:43. Dan bagaimanakah mereka mengangkat kamu menjadi hakim sedang mereka ada Taurat, yang di dalamnya terdapat kehukuman Allah, kemudian sesudah itu mereka berpaling? Mereka bukanlah orang-orang mukmin.

5:54. Wahai orang-orang yang percaya, sesiapa antara kamu yang berpaling (murtad) daripada agamanya, maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Dia mencintai, dan mereka mencintai-Nya; rendah diri terhadap orang-orang mukmin, keras terhadap orang-orang yang tidak percaya; mereka berjuang di jalan Allah, dan tidak takut akan celaan mana-mana pencela. Itulah pemberian Allah; Dia memberinya kepada siapa yang Dia mengkehendaki; dan Allah Merangkumi, Mengetahui.

5:57. Wahai orang-orang yang percaya, janganlah mengambil sebagai wali-wali (sahabat-sahabat) kamu daripada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan orang-orang yang tidak percaya, yang mengambil agama kamu dalam ejekan dan sebagai satu permainan; dan takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.

5:88. Makanlah daripada apa yang Allah merezekikan kamu, yang halal dan baik; dan takutilah Allah, yang kepada-Nya kamu orang-orang mukmin.

5:112. Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, "Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?" Dia berkata, "Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin."

6:27. Jika kamu dapat melihat ketika mereka diberhentikan di hadapan Api, dan mereka berkata, "Aduhai, sekiranya kami dapat dikembalikan, dan kami tidak mendustakan ayat-ayat Pemelihara kami supaya kami menjadi antara orang-orang mukmin."
(tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan)

6:118. Makanlah daripada apa yang padanya diingatkan (disebut) nama Allah, jika kamu mukmin pada ayat-ayat-Nya.

7:2. Sebuah Kitab yang diturunkan kepada kamu, maka janganlah ada kesempitan di dalam dada kamu daripadanya, untuk memberi amaran dengannya, dan sebagai satu peringatan bagi orang-orang mukmin (yang mempercayai).

7:72. Maka Kami menyelamatkan dia, dan orang-orang yang bersama dia dengan pengasihan daripada Kami; dan Kami potong sisa terakhir orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan mereka bukanlah orang-orang mukmin (yang mempercayai).

7:75. Berkata pembesar-pembesar kaumnya yang menyombongkan diri kepada orang-orang antara mereka yang percaya, yang dianggap orang-orang hina, "Adakah kamu mengetahui bahawa Salleh seorang utusan daripada Pemeliharanya?" Mereka berkata, "Pada apa yang dia diutus dengannya, kami adalah orang-orang mukmin."

7:85. Dan kepada Madyan, saudara mereka Shuaib. Dia berkata, "Wahai kaumku, sembahlah Allah! Kamu tidak ada tuhan selain daripada Dia; sesungguhnya telah datang kepada kamu satu bukti yang jelas daripada Pemelihara kamu. Maka tepatilah sukatan dan timbangan, dan janganlah mengurangi sesuatu bagi manusia, dan jangan kamu membuat kerosakan di bumi setelah ia diperbetulkan; itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu orang-orang mukmin.

7:132. Dan mereka berkata, "Apa sahaja ayat yang kamu mendatangkan kepada kami, untuk menyihir kami dengannya, kami tidak akan mukmin (yang mempercayai) kepada kamu."

7:143. Dan apabila Musa datang pada waktu yang Kami menetapkan, dan Pemeliharanya berkata-kata dengannya, dia berkata, "Wahai Pemeliharaku, perlihatkanlah kepadaku, supaya aku dapat melihat Engkau." Berkatalah Dia, "Kamu tidak akan melihat Aku; tetapi perhatikanlah gunung itu - jika ia tetap di tempatnya, maka kamu akan melihat Aku." Dan apabila Pemeliharanya menampakkan-Nya kepada gunung, Dia membuatnya hancur menjadi debu, dan Musa jatuh pengsan. Setelah dia terjaga, dia berkata, "Engkau disanjung! Aku bertaubat kepada Engkau; aku yang pertama antara orang-orang mukmin."

8:1. Mereka menanyai kamu mengenai rampasan perang. Katakanlah, "Rampasan perang adalah kepunyaan Allah dan rasul; maka kamu takutilah Allah, dan betulkanlah antara kamu, dan taatlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya, jika kamu orang-orang mukmin."

8:2. Orang-orang mukmin hanyalah yang, apabila Allah diingatkan, hati mereka gementar, dan apabila ayat-ayat-Nya dibacakan kepada mereka, ia menambahkan mereka dalam keimanan, dan kepada Pemelihara mereka, mereka mempercayakan (tawakal),
(sifat orang mukmin)

8:4. Mereka itulah sebenarnya orang-orang mukmin; bagi mereka darjat-darjat di sisi Pemelihara mereka, dan keampunan, dan rezeki yang mulia.

8:5. Semasa Pemelihara kamu mengeluarkan kamu dari rumah kamu dengan yang benar, dan segolongan orang-orang mukmin membencinya,

8:17. Kamu tidak membunuh mereka tetapi Allah yang membunuh mereka; dan apabila kamu membaling, bukanlah kamu yang membaling tetapi Allah yang membaling, supaya Dia mengurniakan orang-orang mukmin dengan kurniaan yang baik; sesungguhnya Allah Mendengar, Mengetahui.

8:19. Jika kamu meminta kemenangan, kemenangan telah datang kepada kamu; dan jika kamu berhenti, ia adalah lebih baik bagi kamu. Tetapi jika kamu kembali, Kami akan kembali, dan golongan kamu tidak akan berguna bagi kamu sedikit pun, walaupun ia ramai; dan sesungguhnya Allah berserta orang-orang mukmin.

8:62. Dan jika mereka menghendaki untuk menipu kamu, maka cukuplah Allah bagi kamu; Dia mengukuhkan kamu dengan pertolongan-Nya, dan dengan orang-orang mukmin.

8:64. Wahai Nabi, cukuplah Allah bagi kamu, dan orang-orang mukmin yang mengikuti kamu.

8:65. Wahai Nabi, gesalah orang-orang mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh antara kamu, orang-orang yang sabar, mereka akan mengalahkan dua ratus; jika ada antara kamu seratus, mereka akan mengalahkan seribu orang yang tidak percaya, kerana mereka adalah kaum yang tidak memahami.

8:74. Dan orang-orang yang percaya, dan berhijrah, dan berjuang di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi perlindungan, dan pertolongan, mereka itulah sebenarnya orang-orang mukmin, dan bagi mereka keampunan dan rezeki yang mulia.

9:10. Mereka tidak mengendahkan pertalian, dan tidak juga perjanjian terhadap orang mukmin; mereka itu, merekalah orang-orang yang mencabul.

9:13. Tidakkah kamu akan memerangi kaum yang memungkiri sumpah-sumpah mereka, dan bermaksud untuk mengusir rasul, memulakan pada kali pertama terhadap kamu? Adakah kamu takut pada mereka? Adalah lebih baik bagi kamu untuk menakuti Allah, jika kamu orang-orang mukmin.

9:14. Perangilah mereka, dan Allah akan mengazab mereka di tangan kamu, dan mengaibkan mereka, dan Dia akan menolong kamu terhadap mereka, dan mendatangkan penyembuhan bagi dada kaum yang mukmin.

9:16. Adakah kamu menyangka bahawa kamu akan dibiarkan sedang Allah belum mengetahui orang-orang yang berjuang antara kamu, dan tidak mengambil - selain daripada Allah, dan rasul-Nya, dan orang-orang mukmin - sebagai sahabat karib? Allah menyedari apa yang kamu buat.

9:26. Kemudian Allah menurunkan kepada rasul-Nya ketenangan-Nya, dan kepada orang-orang mukmin, dan Dia menurunkan tentera yang kamu tidak melihatnya, dan Dia mengazab orang-orang yang tidak percaya; dan itulah balasan ke atas orang-orang yang tidak percaya.

9:51. Katakanlah, "Tiada yang akan menimpa kami melainkan apa yang Allah telah menuliskan bagi kami; Dia Pelindung kami, dan kepada Allah hendaklah orang-orang yang mukmin mempercayakan (tawakal)."

9:61. Dan sebahagian antara mereka menyakiti Nabi, dengan berkata, "Dia telinga!" Katakanlah, "Telinga yang baik bagi kamu; dia mempercayai Allah, dan mempercayai orang-orang mukmin, dan dia adalah satu pengasihan bagi orang-orang yang percaya antara kamu. Orang-orang yang menyakiti rasul Allah, bagi mereka, azab yang pedih."

9:62. Mereka bersumpah kepada kamu dengan Allah, untuk menyenangkan hati kamu; tetapi Allah dan rasul-Nya - adalah lebih berhak untuk mereka menyenangkan hati-Nya, jika mereka orang-orang mukmin.

9:71. Dan orang-orang lelaki mukmin, dan orang-orang perempuan mukmin, adalah wali-wali (sahabat-sahabat) satu sama lain; mereka menyuruh yang baik, dan melarang kemungkaran; mereka melakukan solat, dan memberikan zakat, dan mereka mentaati Allah dan rasul-Nya. Mereka itu, kepada mereka Allah mengasihani; sesungguhnya Allah Perkasa, Bijaksana.
(lelaki perempuan sahabat)

9:72. Allah menjanjikan orang-orang lelaki mukmin, dan orang-orang perempuan mukmin, dengan taman-taman yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, tinggal selama-lamanya di dalamnya, dan tempat-tempat tinggal yang baik di Taman-Taman (Jannah) Adn; dan yang lebih besar, kepuasan hati Allah; itulah kemenangan yang besar.

9:79. Orang-orang yang mencari kesilapan orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela, dan orang-orang yang tidak mendapati sesuatu melainkan usaha mereka, yang mereka memperolok-olokkan - Allah memperolok-olokkan mereka; bagi mereka, azab yang pedih.

9:105. Katakanlah, "Beramallah, dan Allah pasti akan melihat amalan kamu, dan rasul-Nya, dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada-Nya, yang tahu yang ghaib dan yang nampak, dan Dia memberitahu kamu apa yang kamu telah buat."

9:107. Dan orang-orang yang mengambil masjid dalam pertentangan, dan ketidakpercayaan, dan memecahkan orang-orang mukmin, dan tempat memerangkap orang-orang yang telah memerangi Allah dan rasul-Nya sebelumnya; mereka bersumpah, "Kami tidak menghendaki sesuatu melainkan kebaikan"; dan Allah mempersaksikan bahawa mereka adalah pendusta-pendusta.

9:111. Allah membeli daripada orang-orang mukmin, diri-diri mereka dan harta-harta mereka, dengan Taman; mereka berperang di jalan Allah, mereka membunuh dan mereka dibunuh; itu ialah satu janji yang mengikat-Nya di dalam Taurat, dan Injil, dan al-Qur'an; dan siapakah yang lebih menepati perjanjiannya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli kamu yang kamu memperjualbelikan dengan-Nya; itulah kemenangan yang besar.

9:112. Orang-orang yang bertaubat, orang-orang yang menyembah, orang-orang yang memuji, orang-orang yang berpergian, orang-orang yang tunduk, orang-orang yang sujud, orang-orang yang menyuruh pada yang baik dan melarang daripada kemungkaran, dan orang-orang yang menjaga had-had Allah - dan berilah kamu berita gembira kepada orang-orang mukmin.

9:122. Tidak patut bagi orang-orang mukmin pergi kesemuanya; tetapi mengapa sekumpulan daripada tiap-tiap golongan antara mereka tidak pergi untuk menjadi arif dalam agama, dan untuk memberi amaran kepada kaum mereka apabila mereka kembali kepada mereka, supaya mereka berawas-awas?

9:128. Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang rasul daripada diri-diri kamu sendiri; terasa berat baginya apa yang kamu terderitakan; dia sangat menginginkan terhadap kamu, lembut terhadap orang-orang mukmin, pengasih.

10:57. Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu satu teguran daripada Pemelihara kamu, dan satu penyembuhan bagi apa yang di dalam dada, dan satu petunjuk, dan satu pengasihan, bagi orang-orang mukmin.

10:78. Mereka berkata, "Adakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami daripada apa yang kami mendapati pada bapa-bapa kami, dan bahawa penguasaan di bumi adalah kepunyaan kamu berdua? Kami bukanlah orang-orang mukmin pada kamu berdua."

10:87. Dan Kami mewahyukan Musa dan saudaranya, "Ambillah kamu untuk kaum kamu di Mesir, rumah-rumah tertentu, dan buatlah rumah-rumah kamu satu kiblat (haluan), dan lakukanlah solat, dan berilah berita gembira kepada orang-orang mukmin."

10:99. Dan sekiranya Pemelihara kamu mengkehendaki, sesiapa yang di bumi tentu percaya, kesemua mereka, kesemuanya. Adakah kamu akan memaksa manusia sehingga mereka menjadi orang-orang mukmin (yang mempercayai)?

10:103. Kemudian Kami menyelamatkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang percaya; seperti itulah kewajipan Kami, Kami menyelamatkan orang-orang mukmin.

10:104. Katakanlah, "Wahai manusia, jika kamu dalam keraguan terhadap agamaku, maka aku tidak menyembah orang-orang yang kamu sembah selain daripada Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu, dan aku diperintah supaya menjadi antara orang-orang mukmin.

11:53. Mereka berkata, "Wahai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami satu bukti yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami kerana apa yang kamu mengucapkan; kami bukanlah orang-orang mukmin pada kamu.

11:86. Sisa Allah adalah lebih baik bagi kamu, jika kamu orang-orang mukmin. Dan aku bukanlah penjaga kepada kamu."

11:120. Dan semua itu Kami menceritakan kepada kamu daripada berita rasul-rasul; dengannya Kami meneguhkan hati kamu; dalam ini telah datang kepada kamu yang benar, dan satu teguran dan peringatan, bagi orang-orang mukmin.

12:17. Mereka berkata, "Ayah, kami pergi berlumba lari, dan meninggalkan Yusuf dengan barang-barang kami; lalu serigala memakannya. Tetapi kamu tidak akan menjadi mukmin pada kami, walaupun kami berkata benar."

12:103. Walaupun kamu sangat menginginkan, tetapi kebanyakan manusia tidak mukmin (mempercayai).

14:11. Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka, "Kami tidak lain hanyalah manusia-manusia yang serupa dengan kamu; tetapi Allah berbudi baik kepada sesiapa yang Dia mengkehendaki daripada hamba-hamba-Nya. Tiadalah bagi kami untuk mendatangkan kepada kamu satu kuasa melainkan dengan izin Allah; dan kepada Allah hendaklah orang-orang mukmin mempercayakan (tawakal).

14:41. Wahai Pemelihara kami, ampunilah aku dan ibu bapaku, dan orang-orang mukmin, pada hari apabila perhitungan didirikan."

15:77. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah ayat-ayat bagi orang-orang mukmin (yang mempercayai).

15:88. Janganlah kamu memanjangkan mata-mata kamu kepada apa yang Kami memberikan pasangan-pasangan antara mereka untuk bersenang, dan janganlah kamu bersedih terhadap mereka, dan rendahkanlah sayap kamu terhadap orang-orang mukmin.

16:97. Dan sesiapa yang membuat kerja kebaikan, lelaki atau perempuan, dan dia mukmin, sungguh Kami akan menghidupkan dia dengan kehidupan yang baik; dan Kami akan membalas mereka dengan upah mereka mengikut yang paling baik daripada apa yang mereka telah buat.

17:9. Sesungguhnya al-Qur'an ini memberi petunjuk pada jalan yang paling tegak, dan memberi berita gembira kepada orang-orang mukmin yang membuat kerja-kerja kebaikan bahawa bagi mereka upah yang besar,

17:19. Dan sesiapa yang menghendaki akhirat, dan berusaha untuknya dengan usahanya yang sebenar, sedang dia seorang mukmin - mereka itu, usaha mereka disyukuri.

17:82. Dan Kami menurunkan daripada al-Qur'an, satu penyembuhan, dan satu pengasihan bagi orang-orang mukmin; dan bagi orang-orang yang zalim, ia tidak menambah, selain dalam kerugian.


Minggu, 02 Desember 2007

Mailing Lists - Kelompok Diskusi Muslimah Mukmin

Mailing Lists / Kelompok Diskusi Muslimah Mukmin

http://groups.yahoo.com/group/muslimahmukmin/

Jumat, 30 November 2007

Email - Wordpress - Blog - Website Muslimah Mukmin

Email - Wordpress - Blog - Website Muslimah Mukmin


Email :
muslimahmukmin@yahoo.com



Wordpress :
http://muslimahmukmin.wordpress.com/



Blog:
http://muslimahmukmin.blogspot.com


Website:
http://www.muslimahmukmin.com ( dalam perbaikan )

Rabu, 28 November 2007

Mukmin Yang Kuat

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/22/renungan_jumat.htm

Mukmin yang Kuat
Oleh RUDI SETIADI

RASULULLAH saw. bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada orang mukmin yang lemah dan pada masing-masingnya ada kelebihan. Lobalah kamu kepada apa yang bermanfaaat bagimu, mohonkanlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu katakan, 'Seandainya saya berbuat begini, maka begini'. Tetapi katakanlah, 'Allah telah menakdirkannya, apa-apa yang dikehendaki oleh Allah maka diperbuatnya', karena sesungguhnya kata-kata 'seandainya' adalah mempekerjakan setan". (H.R. Muslim).

Mukmin yang kuat lebih disukai dan lebih baik ketimbang mukmin yang lemah. Kuat bisa bermacam-macam; kuat badan, kuat ekonomi, kuat kedudukan, kuat mental dan lain-lain yang dapat diperbandingkan dengan yang lain. Kuat secara sendiri-sendiri atau kuat secara bersama-sama. Menurut sunah Allah, seorang menjadi kuat, ditentukan oleh faktor penunjang. Kuat badan ditunjang oleh kekekaran dan kesempurnaan susunan tubuh. Itu juga ditentukan oleh gizi. Kuat ekonomi, ditunjang oleh harta yang dihasilkan oleh kerja keras penuh perhitungan. Kuat kedudukan ditunjang oleh kelebihan yang dimiliki, ilmu, akhlak dan cara mainnya. Kuat mental, karena iman dan kepercayaan kepada diri sendiri. Dan seterusnya. Jadi sebelum seorang mukmin menjadi "kuat", dia harus siap dengan faktor penunjang kekuatan itu. Maka dia akan lebih disukai dan lebih baik di sisi Allah.

Yang harus dijaga setelah seorang mukmin menjadi kuat, ialah jangan sekali-kali takabur, sombong, congkak. Sebab harus diingat segala yang baik itu ada yang "lebih baik" ada pula yang paling baik. Orang mukmin harus dinamis. Kalau dia telah mencapai prestasi baik, di atasnya masih ada yang lebih baik. Begitu seterusnya secara tasalsul, sambung-menyambung.

Kekuatan yang ada pada diri mukmin yang diabdikan untuk kepentingan hidup, adalah sudah pada tempatnya. Namun dalam memilih pengabdian, harus dipilih yang ada gunanya bagi dirinya dengan tidak melupakan kontak dengan Allah. Hambatan berupa kesulitan tidak menjadikannya lemah. Karena kontaknya dengan Allah itu tadi.

Bagi orang mukmin, yang paling sulit ialah mengatur hati, kalau suatu saat harus menanggung akibat dari perbuatannya. Karena ada "sebab". Di sini orang banyak tergelincir. Padahal orang mukmin harus yakin, bahwa bagaimanapun kehendak (iradah) dan takdir Allah, pasti terjadi ada sebab atau tidak.

Dalam hadis di atas, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa orang mukmin yang kuat itu lebih dicintai oleh Allah SWT dan dorongan-dorongan agar kaum muslimin itu optimis dalam bekerja serta tabah dalam menghadapi segala kemungkinan. Hadis di atas mengandung tiga dorongan dan dua macam larangan yaitu; Pertama, iman, yakni pusat kebahagiaan dunia dan akhirat manakala diikuti dengan amal saleh, sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam firmannya: "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (An-Nahl:97)

Keimanan tiap-tiap orang berbeda, ada yang kuat dan ada yang lemah. Orang yang kuat imannya sangat terdorong untuk mengerjakan amal saleh sebanyak-banyaknya, suka amar ma'ruf dan nahi mungkar, gemar berjihad, tidak takut rintangan dalam mengajak kebaikan, sabar dalam melaksanakan hak-hak Allah seperti salat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Namun orang yang lemah imannya lengah dan lalai untuk beramal saleh dan cita-citanya untuk mencapai kebahagiaan akhirat lemah. Orang kuat imannya lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah imannya. Apa yang dikerjakan oleh masing-masingnya mengandung kebaikan, namun orang yang kuat imannya selalu menyuburkan imannya dengan amal saleh sehingga imannya semakin rindang dan akarnya semakin menghujam ke dalam hati sanubarinya.

Kedua, Rasulullah saw. menganjurkan kepada kita untuk tangkas mencari segala sesuatu yang membawa kemanfaatan baik kemanfaatan dunia maupun kemanfaatan akhirat. Seorang mukmin jangan sampai mengosongkan waktu, sehingga waktu itu berjalan tanpa meninggalkan bekas kecuali ketuaan belaka. Namun istilah waktu dengan kegiatan mencari ilmu, harta, menolong anak yatim, membaca Alquran, selawat dan lain sebagainya.

Ketiga, dalam menghadapi segala usaha dan rencana hendaklah mohon pertolongan kepada Allah, karena yang memutuskan dan menentukan segala sesuatu, tentu saja dalam hal ini usaha-usaha yang bersifat lahir (memenuhi syarat-syaratnya) dalam suatu hadis Rasulullah saw. menjelaskan, "...apabila kamu minta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk mencari suatu kemanfaatan bagimu, niscaya mereka tidak dapat memberi manfaat kecuali sesuatu yang telah dicatat oleh Allah untukmu dan seandainya suatu umat berkumpul untuk menimpakan suatu mudarat atasmu, niscaya mereka tidak dapat menimpakan mudarat kecuali yang telah Allah catat atasmu". (H.R. Turmudzi).

Keempat, Rasulullah saw. melarang kita lemah dalam mencapai cita-cita, namun hendaknya kita optimis dalam usaha kita. Jiwa harus penuh kepercayaan kepada Allah agar apa yang kita cita-citakan tercapai disertai usaha yang benar-benar, tidak boleh malas-malasan dan berdiam diri tanpa usaha. Nabi saw. telah mengajarkan doa kepada kita antara lain, "Ya Allah, saya mohon perlindungan kepada-Mu dari lemah dan malas." (H.R. Abu Dawud).

Kelima, apabila kita tertimpa suatu hal yng tidak menyenangkan, Rasul saw. melarang kita untuk mengucapkan pengandaian (seandainya). Karena kata ini dapat membuka pintu pekerjaan setan. Dengan kata-kata itu seolah-olah kita dapat menghindarkan diri dari takdir Allah, padahal takdir Allah mustahil tidak terlaksana, yang benar, untuk menanggapi peristiwa yang telah lampau kita katakan Allah telah menakdirkannya dan apa yang dikehendaki oleh Allah niscaya diperbuat-Nya. Sedangkan untuk menghadapi sesuatu yang akan datang kita persiapkan sepenuhnya dan hendaklah kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah kita alami pada waktu yang lampau, jangan sampai kita terperosok dua kali dalam satu lubang. Oleh karenanya hendaklah jangan sampai kita melakukan sebab-sebab yang mengakibatkan kegagalan.

Secara keseluruhan, hadis di atas menganjurkan agar orang beriman tidak berhenti berjuang, amar ma'ruf, nahi mungkar dan bersabar, apabila suatu saat kesandung aral. Tidak dianggap benar, orang mukmin yang malas, lebih suka "enak saja", menunda-nunda urusan dan memulangkan semua kegagalan atau keberhasilan kepada pengandaian.

Pengadaian adalah laku orang munafik. Berjuang, amar ma'ruf dan nahi mungkar dengan segala akibatnya, adalah perintah Allah. Meskipun sedapat-dapatnya diikhtiarkan kemungkinan menimpanya bahaya, disebabkan oleh kesalahan langkah, boleh dihindari. Tetapi apabila sudah menimpa, itu bukan karena akibat dari melaksanakan perintah, namun adalah takdir Allah semata-mata.***

Jilbabku Penutup Auratku

http://muslimah.or.id/2007/11/01/jilbabku-penutup-auratku/

Penyusun: Ummu Ziyad (Ummu Hafidz)
Muroja’ah: Ust. Aris Munandar

Pembahasan kali ini merupakan perinciaan dari artikel-artikel sebelumnya yang membahas tentang masalah jilbab muslimah yang sesuai syari’at sekaligus jawaban atas berbagai komentar yang masuk.

Jilbab merupakan bagian dari syari’at yang penting untuk dilaksanakan oleh seorang muslimah. Ia bukanlah sekedar identitas atau menjadi hiasan semata dan juga bukan penghalang bagi seorang muslimah untuk menjalankan aktivitas kehidupannya. Menggunakan jilbab yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib dilakukan oleh setiap muslimah, sama seperti ibadah-ibadah lainnya seperti sholat, puasa yang diwajibkan bagi setiap muslim. Ia bukanlah kewajiban terpisah dikarenakan kondisi daerah seperti dikatakan sebagian orang (karena Arab itu berdebu, panas dan sebagainya). Ia juga bukan kewajiban untuk kalangan tertentu (yang sudah naik haji atau anak pesantren).

Benar saudariku… memakai jilbab adalah kewajiban kita sebagai seorang muslimah. Dan dalam pemakaiannya kita juga harus memperhatikan apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seperti telah disebutkan pada artikel sebelumnya, terdapat beberapa persyaratan dalam penggunanan jilbab yang sesuai syari’at. Semoga Allah memudahkan penulis memperjelas poin-poin yang ada dalam artikel sebelumnya.

DEFINISI JILBAB

Secara bahasa, dalam kamus al Mu’jam al Wasith 1/128, disebutkan bahwa jilbab memiliki beberapa makna, yaitu:

  1. Qomish (sejenis jubah).
  2. Kain yang menutupi seluruh badan.
  3. Khimar (kerudung).
  4. Pakaian atasan seperti milhafah (selimut).
  5. Semisal selimut (baca: kerudung) yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.

Adapun secara istilah, berikut ini perkataan para ulama’ tentang hal ini.

Ibnu Hazm rahimahullah mengatakan, “Jilbab menurut bahasa Arab yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah pakaian yang menutupi seluruh badan, bukan hanya sebagiannya.” Sedangkan Ibnu Katsir mengatakan, “Jilbab adalah semacam selendang yang dikenakan di atas khimar yang sekarang ini sama fungsinya seperti izar (kain penutup).” (Syaikh Al Bani dalam Jilbab Muslimah).

Syaikh bin Baz (dari Program Mausu’ah Fatawa Lajnah wal Imamain) berkata, “Jilbab adalah kain yang diletakkan di atas kepala dan badan di atas kain (dalaman). Jadi, jilbab adalah kain yang dipakai perempuan untuk menutupi kepala, wajah dan seluruh badan. Sedangkan kain untuk menutupi kepala disebut khimar. Jadi perempuan menutupi dengan jilbab, kepala, wajah dan semua badan di atas kain (dalaman).” (bin Baz, 289). Beliau juga mengatakan, “Jilbab adalah rida’ (selendang) yang dipakai di atas khimar (kerudung) seperti abaya (pakaian wanita Saudi).” (bin Baz, 214). Di tempat yang lain beliau mengatakan, “Jilbab adalah kain yang diletakkan seorang perempuan di atas kepala dan badannnya untuk menutupi wajah dan badan, sebagai pakaian tambahan untuk pakaian yang biasa (dipakai di rumah).” (bin Baz, 746). Beliau juga berkata, “Jilbab adalah semua kain yang dipakai seorang perempuan untuk menutupi badan. Kain ini dipakai setelah memakai dar’un (sejenis jubah) dan khimar (kerudung kepala) dengan tujuan menutupi tempat-tempat perhiasan baik asli (baca: aurat) ataupun buatan (misal, kalung, anting-anting, dll).” (bin Baz, 313).

Dalam artikel sebelumnya, terdapat pertanyaan apa beda antara jilbab dengan hijab. Syaikh Al Bani rahimahullah mengatakan, “Setiap jilbab adalah hijab, tetapi tidak semua hijab itu jilbab, sebagaimana yang tampak.” Sehingga memang terkadang kata hijab dimaksudkan untuk makna jilbab. Adapun makna lain dari hijab adalah sesuatu yang menutupi atau meghalangi dirinya, baik berupa tembok, sket ataupun yang lainnya. Inilah yang dimaksud dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat al-Ahzab ayat 53, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah-rumah nabi kecuali bila kamu diberi izin… dan apabila kamu meminta sesuatu keperluan kepda mereka (para istri Nabi), maka mintalah dari balik hijab…”

SYARAT-SYARAT PAKAIAN MUSLIMAH

1. Menutup Seluruh Badan Kecuali Yang Dikecualikan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا…

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS. An Nuur: 31)

Tentang ayat dalam surat An Nuur yang artinya “kecuali yang (biasa) nampak dari padanya”, maka terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama sehingga membawa konsekuensi yang berbeda tentang hukum penggunaan cadar bagi seorang muslimah. Untuk penjelasan rinci, silakan melihat pada artikel yang sangat bagus tentang masalah ini pada artikel Hukum Cadar di www.muslim.or.id.

Dari syarat pertama ini, maka jelaslah bagi seorang muslimah untuk menutup seluruh badan kecuali yang dikecualikan oleh syari’at. Maka, sangat menyedihkan ketika seseorang memaksudkan dirinya memakai jilbab, tapi dapat kita lihat rambut yang keluar baik dari bagian depan ataupun belakang, lengan tangan yang terlihat sampai sehasta, atau leher dan telinganya terlihat jelas sehingga menampakkan perhiasan yang seharusnya ditutupi.

Catatan penting dalam poin ini adalah penggunaan khimar yang merupakan bagian dari syari’at penggunaan jilbab sebagaimana terdapat dalam ayat selanjutnya dalam surat An Nuur ayat 31,

وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan khimar ke dadanya.”

Khumur merupakan jamak dari kata khimar yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menutupi bagian kepala. Sayangnya, pemakaian khimar ini sering dilalaikan oleh muslimah sehingga seseorang mencukupkan memakai jilbab saja atau hanya khimar saja. Padahal masing-masing wajib dikenakan, sebagaimana terdapat dalam hadits dari Sa’id bin Jubair mengenai ayat dalam surat Al Ahzab di atas, ia berkata, “Yakni agar mereka melabuhkan jilbabnya. Sedangkan yang namanya jilbab adalah qina’ (kudung) di atas khimar. Seorang muslimah tidak halal untuk terlihat oleh laki-laki asing kecuali dia harus mengenakan qina’ di atas khimarnya yang dapat menutupi bagian kepala dan lehernya.” Hal ini juga terdapat dalam atsar dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata,

لابد للمرأة من ثلاثة أثواب تصلي فيهن: درع و جلباب و خمار

“Seorang wanita dalam mengerjakan shalat harus mengenakan tiga pakaian: baju, jilbab dan khimar.” (HR. Ibnu Sa’ad, isnadnya shahih berdasarkan syarat Muslim)

Namun terdapat keringanan bagi wanita yang telah menopause yang tidak ingin kawin sehingga mereka diperbolehkan untuk melepaskan jilbabnya, sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 60:

وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاء اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحاً فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَن يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ وَأَن يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ وَاللَّهُ سَمِيعٌ

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.”

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata “pakaian” pada ayat di atas adalah “jilbab” dan hal serupa juga dikatakan oleh Ibnu Mas’ud. (Dikeluarkan oleh Abu Dawud dan Al Baihaqi). Dapat pula diketahui di sini, bahwa pemakaian khimar yang dikenakan sebelum jilbab adalah menutupi dada. Lalu bagaimana bisa seseorang dikatakan memakai jilbab jika hanya sampai sebatas leher? Semoga ini menjadi renungan bagi saudariku sekalian.

Berikut ini contoh tampilan khimar dan jilbab. Khimar dikenakan menutupi dada. Setelah itu baru dikenakan jilbab di atasnya. (warna, bentuk dan panjang pakaian dalam gambar hanyalah sebagai contoh).


Catatan penting lainnya dari poin ini adalah terdapat anggapan bahwa pakaian wanita yang sesuai syari’at adalah yang berupa jubah terusan (longdress), sehingga ada sebagian muslimah yang memaksakan diri untuk menyambung-nyambung baju dan rok agar dikatakan memakai pakaian longdress. Lajnah Daimah pernah ditanya tentang hal ini, yaitu apakah jilbab harus “terusan” atau “potongan” (ada pakaian atasan dan rok bawahan). Maka jawaban Lajnah Daimah, “Hijab (baca: jilbab) baik terusan ataukah potongan, keduanya tidak mengapa (baca: boleh) asalkan bisa menutupi sebagaimana yang diperintahkan dan disyari’atkan.” Fatwa ini ditandatangani oleh Abdul Aziz bin Baz sebagai ketua dan Abdullah bin Ghadayan sebagai anggota (Fatawa Lajnah Daimah 17/293, no fatwa: 7791, Maktabah Syamilah). Dengan demikian, jelaslah tentang tidak benarnya anggapan sebagian muslimah yang mempersyaratkan jubah terusan (longdress) bagi pakaian muslimah. Camkanlah ini wahai saudariku!

2. Bukan Berfungsi Sebagai Perhiasan

Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat An Nuur ayat 31, “…Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya…” Ketika jilbab dan pakaian wanita dikenakan agar aurat dan perhiasan mereka tidak nampak, maka tidak tepat ketika menjadikan pakaian atau jilbab itu sebagai perhiasan karena tujuan awal untuk menutupi perhiasan menjadi hilang. Banyak kesalahan yang timbul karena poin ini terlewatkan, sehingga seseorang merasa sah-sah saja menggunakan jilbab dan pakaian indah dengan warna-warni yang lembut dengan motif bunga yang cantik, dihiasi dengan benang-benang emas dan perak atau meletakkan berbagai pernak-pernik perhiasan pada jilbab mereka.

Namun, terdapat kesalahpahaman juga bahwa jika seseorang tidak mengenakan jilbab berwarna hitam maka berarti jilbabnya berfungsi sebagai perhiasan. Hal ini berdasarkan beberapa atsar tentang perbuatan para sahabat wanita di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengenakan pakaian yang berwarna selain hitam. Salah satunya adalah atsar dari Ibrahim An Nakhai,

أنه كان يدخل مع علقمة و الأسود على أزواج النبي صلى الله عليه و سلم و يرا هن في اللحف الحمر

“Bahwa ia bersama Alqomah dan Al Aswad pernah mengunjungi para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ia melihat mereka mengenakan mantel-mantel berwarna merah.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Al Mushannaf)

Catatan: Masalah warna ini berlaku bagi wanita. Adapun bagi pria, terdapat hadits yang menerangkan pelarangan penggunaan pakaian berwarna merah.

Dengan demikian, tolak ukur “Pakaian perhiasan ataukah bukan adalah berdasarkan ‘urf (kebiasaan).” (keterangan dari Syaikh Ali Al Halabi). Sehingga suatu warna atau motif menarik perhatian pada suatu masyarakat maka itu terlarang dan hal ini boleh jadi tidak berlaku pada masyarakat lain.

3. Kainnya Harus Tebal, Tidak Tipis

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang dua kelompok yang termasuk ahli neraka dan beliau belum pernah melihatnya,

وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya dan wanita yang kasiyat (berpakaian tapi telanjang, baik karena tipis atau pendek yang tidak menutup auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang), kepala mereka seperti punuk onta. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal baunya didapati dengan perjalanan demikian dan demikian.” (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421 – lihat majalah Al Furqon Gresik)

Ambil dan camkanlah hadits ini wahai saudariku, karena ancamannya demikian keras sehingga para ulama memasukkannya dalam dosa-dosa besar. Betapa banyak wanita muslimah yang seakan-akan menutupi badannya, namun pada hakekatnya telanjang. Maka dalam pemilihan bahan pakaian yang akan kita kenakan juga harus diperhatikan karena sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr, “Bahan yang tipis dapat menggambarkan bentuk tubuh dan tidak dapat menyembunyikannya.” Syaikh Al Bani juga menegaskan, “Yang tipis (transparan) itu lebih parah dari yang menggambarkan lekuk tubuh (tapi tebal).” Bahkan kita ketahui, bahan yang tipis terkadang lebih mudah dalam mengikuti lekuk tubuh sehingga sekalipun tidak transparan, bentuk tubuh seorang wanita menjadi mudah terlihat.

4. Harus Longgar, Tidak Ketat

Selain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian tersebut haruslah longgar, tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits dari Usamah bin Zaid ketika ia diberikan baju Qubthiyah yang tebal oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia memberikan baju tersebut kepada istrinya. Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahuinya, beliau bersabda,

مرْها فلتجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظمها

“Perintahkanlah ia agar mengenakan baju dalam di balik Qubthiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tubuh.” (HR. Ad Dhiya’ Al Maqdisi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad hasan)

Maka tidak tepat jika seseorang mencukupkan dengan memakai rok, namun ternyata tetap memperlihatkan pinggul, kaki atau betisnya. Maka jika pakaian tersebut telah cukup tebal dan longgar namun tetap memperlihatkan bentuk tubuh, maka dianjurkan bagi seorang muslimah untuk memakai lapisan dalam. Namun janganlah mencukupkan dengan kaos kaki panjang, karena ini tidak cukup untuk menutupi bentuk tubuh (terutama untuk para saudariku yang sering tersingkap roknya ketika menaiki motor sehingga terlihatlah bentuk betisnya). Poin ini juga menjadi jawaban bagi seseorang yang membolehkan penggunaan celana dengan alasan longgar dan pinggulnya ditutupi oleh baju yang panjang. Celana boleh digunakan untuk menjadi lapisan namun bukan inti dari pakaian yang kita kenakan. Karena bentuk tubuh tetap terlihat dan hal itu menyerupai pakaian kaum laki-laki. (lihat poin 6). Jika ada yang beralasan, celana supaya fleksibel. Maka, tidakkah ia ketahui bahwa rok bahkan lebih fleksibel lagi jika memang sesuai persyaratan (jangan dibayangkan rok yang ketat/span). Kalaupun rok tidak fleksibel (walaupun pada asalnya fleksibel) apakah kita menganggap logika kita (yang mengatakan celana lebih fleksibel) lebih benar daripada syari’at yang telah Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Renungkanlah wahai saudariku!

5. Tidak Diberi Wewangian atau Parfum

Perhatikanlah salah satu sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan tentang wanita-wanita yang memakai wewangian ketika keluar rumah,

ايّما امرأةٍ استعطرتْ فمَرّتْ على قوم ليَجِدُوا رِيْحِها، فهيا زانِيةٌٍ

“Siapapun perempuan yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (HR. Tirmidzi)

أيما امرأة أصابت بخورا فلا تشهد معنا العشاء الاخرة

“Siapapun perempuan yang memakai bakhur, maka janganlah ia menyertai kami dalam menunaikan shalat isya’.” (HR. Muslim)

Syaikh Al Bani berkata, “Wewangian itu selain ada yang digunakan pada badan, ada pula yang digunakan pada pakaian.” Syaikh juga mengingatkan tentang penggunaan bakhur (wewangian yang dihasilkan dari pengasapan) yang ini lebih banyak digunakan untuk pakaian bahkan lebih khusus untuk pakaian. Maka hendaknya kita lebih berhati-hati lagi dalam menggunakan segala jenis bahan yang dapat menimbulkan wewangian pada pakaian yang kita kenakan keluar, semisal produk-produk pelicin pakaian yang disemprotkan untuk menghaluskan dan mewangikan pakaian (bahkan pada kenyataannya, bau wangi produk-produk tersebut sangat menyengat dan mudah tercium ketika terbawa angin). Lain halnya dengan produk yang memang secara tidak langsung dan tidak bisa dihindari membuat pakaian menjadi wangi semisal deterjen yang digunakan ketika mencuci.

6. Tidak Menyerupai Pakaian Laki-Laki

Terdapat hadits-hadits yang menunjukkan larangan seorang wanita menyerupai laki-laki atau sebaliknya (tidak terbatas pada pakaian saja). Salah satu hadits yang melarang penyerupaan dalam masalah pakaian adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata

لعن رسول الله صلى الله عليه و سلم الرجل يلبس لبسة المرأة و المرأة تلبس لبسة الرجل

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria.” (HR. Abu Dawud)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Kesamaan dalam perkara lahir mengakibatkan kesamaan dan keserupaan dalam akhlak dan perbuatan.” Dengan menyerupai pakaian laki-laki, maka seorang wanita akan terpengaruh dengan perangai laki-laki dimana ia akan menampakkan badannya dan menghilangkan rasa malu yang disyari’atkan bagi wanita. Bahkan yang berdampak parah jika sampai membawa kepada maksiat lain, yaitu terbawa sifat kelaki-lakian, sehingga pada akhirnya menyukai sesama wanita. Wal’iyyadzubillah.

Terdapat dua landasan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi kita untuk menghindari penggunaan pakaian yang menyerupai laki-laki.

  1. Pakaian tersebut membedakan antara pria dan wanita.
  2. Tertutupnya kaum wanita.

Sehingga dalam penggunaan pakaian yang sesuai syari’at ketika menghadapi yang bukan mahromnya adalah tidak sekedar yang membedakan antara pria dan wanita namun tidak tertutup atau sekedar tertutup tapi tidak membedakan dengan pakaian pria. Keduanya saling berkaitan. Lebih jelas lagi adalah perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Kawakib yang dikutip oleh syaikh Al Bani, yang penulis ringkas menjadi poin-poin sebagai berikut untuk memudahkan pemahaman,

  1. Prinsipnya bukan semata-mata apa yang dipilih, disukai dan biasa dipakai kaum pria dan kaum wanita.
  2. Juga bukan pakaian tertentu yang dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau yang dikenakan oleh kaum pria dan wanita di masa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Jenis pakaian yang digunakan sebagai penutup juga tidak ditentukan (sehingga jika seseorang memakai celana panjang dan kaos kemudian menutup pakaian dan jilbab di atasnya yang sesuai perintah syari’at sehingga bentuk tubuhnya tidak tampak, maka yang seperti ini tidak mengapa –pen)

Kesimpulannya, yang membedakan antara jenis pakaian pria dan wanita kembali kepada apa yang sesuai dengan apa yang diperintahkan bagi pria dan apa yang diperintahkan bagi kaum wanita. Namun yang perlu diingat, pelarangan ini adalah dalam hal-hal yang tidak sesuai fitrahnya. Syaikh Muhammad bin Abu Jumrah rahimahullah sebagaimana dikutip oleh Syaikh Al Bani mengatakan, “Yang dilarang adalah masalah pakaian, gerak-gerik dan lainnya, bukan penyerupaan dalam perkara kebaikan.”

7. Tidak Menyerupai Pakaian Wanita-Wanita Kafir

Banyak dari poin-poin yang telah disebutkan sebelumnya menjadi terasa berat untuk dilaksanakan oleh seorang wanita karena telah terpengaruh dengan pakaian wanita-wanita kafir. Betapa kita ketahui, mereka (orang kafir) suka menampakkan bentuk dan lekuk tubuh, memakai pakaian yang transparan, tidak peduli dengan penyerupaan pakaian wanita dengan pria. Bahkan terkadang mereka mendesain pakaian untuk wanita maskulin! Hanya kepada Allah-lah kita memohon perlindungan dan meminta pertolongan untuk dijauhkan dari kecintaan kepada orang-orang kafir. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Hadid [57]: 16)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Firman Allah, ‘Janganlah mereka seperti…’ merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka….” (Al Iqtidha, dikutip oleh Syaikh Al Bani)

8. Bukan Pakaian Untuk Mencari Popularitas

“Barangsiapa mengenakan pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api naar.”

Adapun libas syuhrah (pakaian untuk mencari popularitas) adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakaian tersebut mahal, yang dipakai seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah yang dipakai seseorang untuk menampakkan kezuhudan dan dengan tujuan riya. (Jilbab Muslimah)

Namun bukan berarti di sini seseorang tidak boleh memakai pakaian yang baik, atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini sebagaimana dikatakan oleh Imam Asy Syaukani adalah berkaitan dengan keinginan meraih popularitas. Jadi, yang dipakai sebagai patokan adalah tujuan memakainya. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala suka jika hambanya menampakkan kenikmatan yang telah Allah berikan padanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يَرَى أَثَرَ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah menyukai jika melihat bekas kenikmatan yang diberikan oleh-Nya ada pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi)

PENUTUP

Demikian sedikit penjelasan tentang pengertian jilbab dan penjelasan dari poin-poin tentang persyaratan jilbab muslimah yang sesuai syari’at. Saudariku… janganlah kita terpedaya dengan segala aktifitas dan perkataan orang yang menjadikan seseorang cenderung merasa tidak mungkin untuk menggunakan jilbab yang sesuai syari’at. Ingatlah, bahwa sesungguhnya tidak ada teman di hari akhir yang mau menanggung dosa yang kita lakukan. Hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan ketika menjalankan segala ibadah yang telah disyari’atkan. Semoga artikel ini juga dapat menjawab berbagai pertanyaan dan komentar yang masuk pada artikel-artikel sebelumnya. Wallahu a’lam.



Muslimah

http://www.google.co.id/search?client=firefox-a&rls=org.mozilla%3Aen-US%3Aofficial&channel=s&hl=id&q=muslimah&meta=&btnG=Telusuri+dengan+Google

Muslimah

Minggu, 18 November 2007

Karakter Mukmin Sejati

http://chodirin.or.id/2006/04/06/karakter-mukmin-sejati/

Karakter Mukmin Sejati

Kegembiraan seorang mukmin akan tampak pada wajahnya, sedangkan kesedihannya tersimpan di dalam hatinya. Dadanya adalah yang paling lapang, dan hatinya sangat lembut dan ringan. Hati dan nuraninya dapat mencegah segala bentuk kejahatan dan mendorong untuk melakukan segala bentuk kebaikan.

Hatinya dapat mengendalikan sifat iri hati, dengki, memaki orang lain, perbuatan tercela, kebencian, kesombongan, dan ingin dipuji. Ketika hendak berbuat, akalnya selalu mempertimbangkan akibat perbuatannya.

Orang beriman tidak suka berceloteh dan sangat menghargai waktu, tidak pernah sombong dan membuang-buang waktu. Tertawanya hanya dengan senyum, bentuk pertanyaannya adalah pelajaran yang berharga, dan evaluasinya adalah pemahaman.

Ia tidak pelit dan tidak pernah terburu-buru, tidak pernah bosan dan tidak bodoh, tidak pernah mengeluh atau gelisah, tidak kasar dan tidak sombong. Apabila menghadapi konflik, ia segera mengevaluasi segala sesuatunya dengan bijak dan simpatik. Ia selalu adil meski dalam keadaan marah. Bersikap lembut saat dibutuhkan dan memiliki cinta yang tulus.

Janjinya dapat dipercaya dan selalu ditepati. Ia selalu menanamkan rasa kepedulian dan ingin selalu membantu orang, dermawan dan bertanggung jawab, selalu mengorbankan waktu untuk kepentingan agamanya, selalu mengendalikan hawa nafsunya, tidak suka membalas orang yang menyakitinya, dan tidak peduli terhadap hal yang tidak begitu penting.

Orang mukmin, jika dicaci dan dicela tidak pernah balas mencela; jika diminta atau dituntut sesuatu - bahkan dicegah untuk melakukan sesuatu - tidak pernah marah. Ia tidak pernah gembira yang membuat dirinya lupa diri, tidak iri atas kedukaan dan prestasi orang lain, dan bahkan rela mensyukuri nikmat orang lain.

Ia tidak pernah menggunjingkan keburukan orang, selalu gembira dan manis mukanya, tidak keji dan tidak pernah menipu. Ia mampu menahan marah dan senantiasa tersenyum. Pandangannya amat teliti dan kehati-hatiannya begitu besar.

Inilah orang Mukmin sebenarnya..

Semoga kita bisa menjadi seorang mukmin yang sebenarnya.. amin ….


Dibutuhkan Mukmin yang kuat dan berani

http://agussyafii.blogspot.com/2007/10/dibutuhkan-mukmin-yang-kuat-pemberani.html


Sebaik-baiknya seorang mukmin adalah mukmin yang kuat, sebab kehidupan memiliki hukumnya sendiri. Kehidupan akan terasa kejam bagi mereka yang lemah dan kehidupan akan mampu ditaklukkan oleh mereka yang kuat. Itulah sebabnya nabi bersabda, Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada orang mukmin yang lemah dan pada masing-masingnya ada kelebihannya. oleh sebab itu hendaklah engkau bersungguh-sungguh berusaha memperoleh apa yang memberi manfaat bagimu, mohonkanlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu katakan, 'Seandainya saya berbuat begini, maka begitu'. Tetapi katakanlah, 'Allah telah menakdirkannya, apa-apa yang dikehendaki oleh Allah maka diperbuatnya', karena sesungguhnya kata-kata 'seandainya' adalah mempekerjakan setan". (H.R. Muslim).

Jika hidup adalah masalah, setiap masalah selalu ada solusinya. Solusi apapun tidak ada manfaatnya jika seseorang yang penakut. Maka dibutuhkan keberanian menghadapi masalah hidup. Jadi selain seorang mukmin harus kuat juga harus pemberani. Hadapi masalahnya dan selesaikan.

Mukmin - Wikipedia

http://ms.wikipedia.org/wiki/Mukmin

Mukmin ialah orang yang beriman kepada Allah Yang Maha Esa. Beliau merupakan setingkat yang lebih tinggi dari Muslim.